post image

Puting Beliung Hantam SDN Telajung 04 Cikarang Barat, Proses Belajar Lumpuh, Kepala Sekolah dan Guru Minta Pemerintah Segera Bertindak

Cikarang Barat, Bintang Save.com - 14 April 2025 — SDN Telajung 04 yang terletak di Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi mengalami kerusakan parah akibat terjangan angin puting beliung pada Senin malam, 17 Maret 2025 sekitar pukul 21.00 WIB. Bencana alam ini mengakibatkan atap lantai dua sekolah terlepas dan terbang hingga menimpa rumah warga di sekitar lokasi sekolah.

Kepala Sekolah SDN Telajung 04, Narsih Sunarsih, S.Pd., menuturkan bahwa peristiwa itu menjadi momen yang tak terlupakan dan sangat mengejutkan. "Saya mendapatkan informasi dari grup sekolah, lalu segera bergegas datang ke lokasi dalam kondisi hujan. Ketika tiba, kondisi sekolah benar-benar memprihatinkan, atap lantai dua terbuka lebar dan sebagian besar material menimpa permukiman warga," jelasnya.

Bencana tersebut tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga menghancurkan berbagai aset penting sekolah. Sebanyak 25 unit laptop ANBK, 8 unit proyektor baru, kipas angin, AC, jam dinding, matras, dan perangkat drum band mengalami kerusakan. Buku-buku terbaru dari dana BOS juga turut hancur karena terendam air hujan, bahkan sebagian sudah menjadi bubur kertas.

"Tiga ruang kelas di lantai atas dan tiga ruang di lantai bawah sudah tidak bisa digunakan karena bocor parah. Ruang guru juga tidak dapat difungsikan. Kami hanya mengandalkan tiga ruang kelas darurat yang masih bisa dipakai secara bergantian," tambah Narsih.

Kondisi tersebut membuat proses belajar mengajar menjadi sangat terbatas. Guru dan siswa harus beradaptasi dengan ruang sempit dan tidak layak. Bahkan, kegiatan belajar dilakukan di tempat seadanya, seperti di depan kamar mandi sekolah.

Mailitati, Guru Pendidikan Agama Islam SDN Telajung 04, mengaku tetap berupaya mempertahankan semangat belajar meski di tengah keterbatasan. Ia ditemui saat tengah melatih siswa untuk lomba Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) tingkat kecamatan. "Kami tetap berupaya memberikan pembelajaran terbaik untuk siswa. Anak-anak berlatih di tempat seadanya, tapi semangat mereka luar biasa. Sayangnya, dari sembilan ruang kelas yang ada, hanya tiga yang bisa digunakan, padahal jumlah siswa mencapai lebih dari 700 orang," ungkapnya.

Akibat keterbatasan ruang, pihak sekolah harus memberlakukan sistem belajar bergilir untuk siswa kelas 1 hingga kelas 5. Sementara siswa kelas 6 tetap masuk setiap hari karena akan menghadapi ujian kenaikan kelas.

"Kami punya tanggung jawab moral untuk tetap hadir mendidik mereka. Tapi kami sangat berharap perhatian dan aksi cepat dari pemerintah agar anak-anak bisa kembali belajar dengan aman dan nyaman," tegas Mailitati.

Baik Kepala Sekolah maupun para guru berharap pemerintah daerah segera melakukan tindakan tanggap darurat, termasuk perbaikan infrastruktur dan penggantian aset pendidikan yang rusak. Tanpa langkah konkret, proses pendidikan dikhawatirkan akan terus terganggu dan berdampak pada masa depan anak-anak.(TS)

0 Komen